Randai
Limbago Adaik
Departemen Akademik FORKOMMI-UGM
Oleh : Aulia Rohmah
Randai merupakan salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan unsur seni lagu, musik, tari, drama, dan silat. Unsur seni lagu/suara yang dinyanyikan dalam beberapa adegan untuk menyambung cerita yang tepotong dan pengatur cerita. Unsur seni tari sebagai pelengkap nyanyian yang didendangkan, gerak-geriknya selaras dengan alunan bunyi dan gerak tarinya diambil dari gerakan seni beladiri silat (silek). Unsur seni musik melengkapi permainan Randai, sebagai pengiring gerak tari atau kaba saat di bacakan, biasanya menggunakan alat musik Minangkabau seperti saluang, talempong, dan pupuik batang padi.
Randai dipimpin oleh satu orang yang biasa disebut tukang goreh, selain ikut bergerak dalam lingkaran legaran, ia juga memiliki tugas penting, yaitu mengeluarkan teriakan khas misalnya “hep tah tih” untuk menentukan cepat atau lambatnya tempo gerakan dalam tiap gerakan agar terlihat rempak dan menarik. Biasanya dalam satu grup Randai memiliki tukang goreh lebih dari satu bertujuan untuk mengantisipasi jika tukang goreh utama kelelahan atau kemungkinan buruk lainnya karena satu cerita Randai bisa menghabiskan 1 sampai 5 jam atau bahkan lebih.
Biasanya cerita randai diambil dari kehidupan nyata yang ada di tengah masyarakat, seperti Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, Sabai Nan Aluih, dan cerita rakyat lainnya. Fungsi Randai sebagai seni pertunujukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat, biasanya dimainkan saat pesta rakyat, upacara penobatan dan pewarisan gelar adat, akikah, sunatan, atau saat hari Raya Idul Fitri. Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara atau unsur seni drama. Pemeran utama pada Randai bertugas menyampaikan cerita yang biasanya berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih, tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.
Pementasan kesenian Randai biasanya diselenggarakan oleh sebuah kepanitiaan. Susunan kepanitaan kesenian Randai antara lain Penghulu sebagai pelindung, Pangkatuo (ketua kelompok), Guru Tuo Silek yang memimpin dan menangani urusan silat, Guru Tuo Dendang sebagai pelatih dendang, dan Anak Randai (para pemain Randai).
Dalam pertunjukan randai, cerita-cerita dikisahkan secara periodik dengan alur maju, dimana cerita dibagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian terbagi atas beberapa adegan atau legaran dan setiap adegan menampilkan dialog-dialog antar pelaku. Dialog tersebut diselipi dengan nasihat, kritik sosial, dan humor. Diantara adegan tersebut di tampilkan dendang dengan diiringi tari.
Dendang, nyanyian atau Simaratang: Pada mulanya alur cerita dalam randai dilakukan lewat nyanyian, sajak, yang berfungsi untuk menceritakan isi cerita yang akan ditampilkan.
Dayang Dayni atau gurindam persembahan: setelah selesai Simaratang lalu mereka duduk jengkang dalam lingkaran, lalu terdengar suara gurindam bersahut-sahutan. Gurindam persembahan (Dayang Dayni) dalam Randai merupakan persembahan sebagai salam anak randai dalam gelombang, salam kepada penonton, dan pertanda Randai di mulai. Gelombang Pemain berdiri dalam posisi pitunggua serong (sikap pasang kuda-kuda). Setelah lingkaran terbentuk, maka adegan randai siap dimainkan. Para pemain menari di sekeliling lingkaran sambil bernyanyi dan bertepuk ke tengah lingkaran serta memukul pisak kaki celana galembong dengan kuat.
Titik puncak klimaks Randai, saat adegan konflik antara tokoh yang membawa kebenaran dengan tokoh yang menentang kebenaran. Adegan selanjutnya adalah bagian penyelesaian.
Simarantang tinggi atau gurindam penutup merupakan dendang yang disampaikan untuk menutup cerita. Alur cerita tersebut tertata secara teratur mulai dari awal sampai akhir sehingga penonton dapat lebih mudah memahami pesan atau makna yang mendalam dalam setiap bagiannya.
Referensi
https://gpswisataindonesia.info/2017/11/mengenal-randai-seni-teater-tradisional-sumatera-barat/
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2018/01/pengertian-randai-serta-sejarahnya.html
Departemen Akademik FORKOMMI-UGM
Oleh : Aulia Rohmah
Randai merupakan salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan unsur seni lagu, musik, tari, drama, dan silat. Unsur seni lagu/suara yang dinyanyikan dalam beberapa adegan untuk menyambung cerita yang tepotong dan pengatur cerita. Unsur seni tari sebagai pelengkap nyanyian yang didendangkan, gerak-geriknya selaras dengan alunan bunyi dan gerak tarinya diambil dari gerakan seni beladiri silat (silek). Unsur seni musik melengkapi permainan Randai, sebagai pengiring gerak tari atau kaba saat di bacakan, biasanya menggunakan alat musik Minangkabau seperti saluang, talempong, dan pupuik batang padi.
Randai dipimpin oleh satu orang yang biasa disebut tukang goreh, selain ikut bergerak dalam lingkaran legaran, ia juga memiliki tugas penting, yaitu mengeluarkan teriakan khas misalnya “hep tah tih” untuk menentukan cepat atau lambatnya tempo gerakan dalam tiap gerakan agar terlihat rempak dan menarik. Biasanya dalam satu grup Randai memiliki tukang goreh lebih dari satu bertujuan untuk mengantisipasi jika tukang goreh utama kelelahan atau kemungkinan buruk lainnya karena satu cerita Randai bisa menghabiskan 1 sampai 5 jam atau bahkan lebih.
Sumber poto : www.google.com
Biasanya cerita randai diambil dari kehidupan nyata yang ada di tengah masyarakat, seperti Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, Sabai Nan Aluih, dan cerita rakyat lainnya. Fungsi Randai sebagai seni pertunujukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat, biasanya dimainkan saat pesta rakyat, upacara penobatan dan pewarisan gelar adat, akikah, sunatan, atau saat hari Raya Idul Fitri. Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara atau unsur seni drama. Pemeran utama pada Randai bertugas menyampaikan cerita yang biasanya berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih, tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.
Pementasan kesenian Randai biasanya diselenggarakan oleh sebuah kepanitiaan. Susunan kepanitaan kesenian Randai antara lain Penghulu sebagai pelindung, Pangkatuo (ketua kelompok), Guru Tuo Silek yang memimpin dan menangani urusan silat, Guru Tuo Dendang sebagai pelatih dendang, dan Anak Randai (para pemain Randai).
Dalam pertunjukan randai, cerita-cerita dikisahkan secara periodik dengan alur maju, dimana cerita dibagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian terbagi atas beberapa adegan atau legaran dan setiap adegan menampilkan dialog-dialog antar pelaku. Dialog tersebut diselipi dengan nasihat, kritik sosial, dan humor. Diantara adegan tersebut di tampilkan dendang dengan diiringi tari.
Dendang, nyanyian atau Simaratang: Pada mulanya alur cerita dalam randai dilakukan lewat nyanyian, sajak, yang berfungsi untuk menceritakan isi cerita yang akan ditampilkan.
Dayang Dayni atau gurindam persembahan: setelah selesai Simaratang lalu mereka duduk jengkang dalam lingkaran, lalu terdengar suara gurindam bersahut-sahutan. Gurindam persembahan (Dayang Dayni) dalam Randai merupakan persembahan sebagai salam anak randai dalam gelombang, salam kepada penonton, dan pertanda Randai di mulai. Gelombang Pemain berdiri dalam posisi pitunggua serong (sikap pasang kuda-kuda). Setelah lingkaran terbentuk, maka adegan randai siap dimainkan. Para pemain menari di sekeliling lingkaran sambil bernyanyi dan bertepuk ke tengah lingkaran serta memukul pisak kaki celana galembong dengan kuat.
Titik puncak klimaks Randai, saat adegan konflik antara tokoh yang membawa kebenaran dengan tokoh yang menentang kebenaran. Adegan selanjutnya adalah bagian penyelesaian.
Simarantang tinggi atau gurindam penutup merupakan dendang yang disampaikan untuk menutup cerita. Alur cerita tersebut tertata secara teratur mulai dari awal sampai akhir sehingga penonton dapat lebih mudah memahami pesan atau makna yang mendalam dalam setiap bagiannya.
Referensi
https://gpswisataindonesia.info/2017/11/mengenal-randai-seni-teater-tradisional-sumatera-barat/
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2018/01/pengertian-randai-serta-sejarahnya.html
Komentar
Posting Komentar