Rangkiang

RANGKIANG

Limbago Adaik
Departemen Akademik FORKOMMI - UGM
Oleh : Wahyu Alga Ramadhan

           Secara Bahasa rangkiang berasal dari kata ruang hyang yang berarti ruangan Dewi sri. Sesuai dengan namanya rangkiang sendiri merupakan sebutan masyarakat Minangkabau terhadap lumbung padi yang biasanya didirikan di halaman depan rumah gadang. Secara fisik rangkiang cukup mirip dengan rumah gadang, hanya saja rangkiang dibangun sedikit lebih kecil. Layaknya rumah gadang, rangkiang juga mempunyai gonjong yang ditutupi dengan ijuk, dinding dari anyaman bambu serta dibangun tanpa tambahan jendela dan sejenisnya. Namun di salah satu sisinya, terdapat pintu kecil berbentuk persegi yang biasanya digunakan untuk memasukkan padi ketika musim panen tiba. Di sisi lain, untuk menaiki rangkiang digunakan tangga yang terbuat dari bambu. Tangga ini dapat dipindah-pindah apabila tangga sudah tidak digunakan biasanya masyarakat Minangkabau menyimpan tangga di bawah kolong rangkiang.
Pada awalnya rangkiang merupakan bagian vital dalam melanjutkan kehidupan anak kemanakan. Keberadaan rangkian sendiri dijadikan sebagai indikator dalam mengukur tingkat kesejahteraan suatu kaum atau suku. Oleh karena itu masyarakat Minangkabau percaya semakin banyak rangkiang yang dimiliki suatu kaum, maka semakin tinggi pula kedudukan mereka dalam masyarakat. Rangkiang menjadi hal yang penting dalam berbagai kehidupan masyarakat Minangkabau. Di Minangkbau harta pusaka merupakan milik dari ambun puruak (bundo kanduang). Kepemilikan ini bukan individu akan tetapi milik kaum namun dalam istilah sekarang, bundo kandung dapat dikatakan sebagai orang yang mengelola dan mengatur pengeluaran padi di dalam rangkiang.
Keberadaan rangkiang di Minangkabau memiliki multi fungsi. Fungsi rangkiang itu sendiri ada pada berbagai corak bangunan rangkiang dan tata letaknya. Ada empat macam jenisnya dengan fungsi dan bentuknya yang berbeda, yaitu :
1.      Si tinjau lauik (si tinjau laut), yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk membeli barang atau keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibikin sendiri. Tipenya lebih langsing dan yang lain, berdiri di atas empat tiang. Letaknya di tengah di antara rangkiang yang lain.
2.      Si bayau-bayau, yaitu tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk makan sehari-hari. Tipenya gemuk dan berdiri di atas enam tiangnya. Letaknya di sebelah kanan.
3.      Si tangguang lapa (si tanggung lapar), yaitu tempat menyimpan padi cadangan yang akan digunakan pada musim paceklik. Tipenya bersegi dan berdiri di atas empat tiangnya.
4.      Rangkiang Kaciak (rangkiang kecil), yaitu tempat menyimpan padi abuan yang akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim berikutnya. Atapnya tidak bergonjong dan bangunannya lebih kecil dan rendah. Ada kalanya bentuknya bundar.

Fungsi rangkiang dalam artian masa lalu memang selalu diidentikan dengan lumbung padi. Namun dalam era kontemporer rangkiang melahirkan pemahaman agar manusia selalu berhemat. Rangkiang dapat juga diartikan sebuah keadaan yang menuntut manusia selalu mempunyai cadangan. Hal ini akan tercermin dalam pepatah Minangkabau “ ado jan dimakan, ndak ado baru dimakan”, filosofi rangkiang yang memberikan gambaran akan kehidupan yang cukup kompleks.
Jadi Rangkiang tidak hanya berperan sebagai lumbung padi, namun juga memberikan pengajaran untuk berfikir lebih maju, mengajarkan bahwa manusia harus siap untuk  menghadapi berbagai keadaan ke depannya termasuk keadaan terburuk sekalipun.

Sumber :

Sumber Gambar :
1.      http://batubusuak.blogspot.com/

Komentar

Postingan Populer