Bendera Marawa Minangkabau
Limbago Adaik
DEPARTEMEN AKADEMIK FORKOMMI-UGM
Oleh : Habibul Chair
Marawa (yang warnanya sama dengan bendera Jerman), dalam adat Minangkabau bukan hanya sekedar umbul-umbul, tetapi punya arti dan makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau.
DEPARTEMEN AKADEMIK FORKOMMI-UGM
Oleh : Habibul Chair
Bendera marawa minangkabau? Merah Kuning
Hitam ? Ya benar, seperti warna korsa FORKOMMI-UGM. Rupanya tiga warna ini
mempunyai makna tersirat. Mau tau selengkapnya?
Marawa (yang warnanya sama dengan bendera Jerman), dalam adat Minangkabau bukan hanya sekedar umbul-umbul, tetapi punya arti dan makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau.
Marawa
dengan tiga warna nya melambangkan tiga hal:
1.
Tiga wilayah adat Minangkabau
Marawa
merupakan lambang atau pencerminan wilayah Adat Luhak Nan Tigo.
·
Warna kuning, melambangkan
Luhak Tanah datar ( aianyo janiah, ikannyo jinak dan buminya dingin,yang berarti pengaruh yang tinggi dan berwibawa karena kecerdasan dan
menunjukan kemenangan).
·
Warna merah melambangkan Luhak
Agam (aianyo karuah, ikannyo lia dan
buminyo hangat).
·
Sedangkan warna hitam
melambangkan Luhak Limopuluah Koto ( aianyo manih, ikannyo banyak dan buminyo tawar, yang berarti kerelaan dan kesabaran dalam berusaha).
2. Tiga kekuatan masyarakat Minangkabau
Tiga kekuatan masyarakat Minangkabau masih berhubungan dengan tiga wilayah adat tersebut, yang mana
artinya adalah sebagai berikut
·
Warna
kuning, melambangkan pengaruh yang tinggi dan berwibawa karena kecerdasan dan
menunjukan kemenangan (Luhak nan Tuo)
·
Warna
merah, melambangkan keberanian punya raso jo
pareso dengan kebesaran (Luhak Agam)
·
Warna
hitam, melambangkan kerelaan dan kesabaran dalam berusaha (Luhak nan bungsu)
3.
Tiga pola kepemimpinan Minangkabau
Makna yang terakhir dari marawa ini ialah tiga pola kepemimpinan
di Minangkabau yang di sebut “Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin“,
terdiri dari Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai.
Tungku
tigo sajarangan, maksudnya ketika memasak
diperlukan tiga buah batu sebagai tungku untuk mengokohkan tempat kuali atau
periuk. Begitu juga dengan kepemimpinan di minangkabau, ketiganya sebagai pilar
penyangga masyarakat Minangkabau. Jika salah satunya hilang, maka akan terjadi
kesenjangan.
Tali Tigo
Sapilin diibaratkan tiga utas tali yang dipilin
menjadi satu,sehingga menjadi kuat. Tali Tigo
Sapilin adalah tamsil pedoman ketiga kepemimpinan masyarakat, antara lain
aturan adat, agama dan undang-undang.
·
Niniak
mamak adalah penghulu adat di dalam kaumnya.
·
Alim
ulama adalah orang yang memiliki ilmu agama yang
akan membibing masyarakat mengenai agama.
·
Cadiak
pandai adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan
dan dapat menyelesaikan masalah dengan cerdik serta menguasai undang-undang.
Sehingga sebagai tempat bertanya bagi masyarakat dan pendamping bagi Niniak
mamak dan Alim ulama.
Begitulah tungku tigo sajarangan sebagai pilar penyangga masyarakat
minang yang digambarkan dalam marawa.
Sumber :
http://www.darulfunun.or.id/wp-content/uploads/2016/08/sby-7.jpg
Komentar
Posting Komentar