Randang



Randang

oleh

Tsurayya Nabila
Dept.Akademik


     Kuliner Minang? Jawabannya pasti Rendang. Yap, siapa yang tidak kenal dengan masakan andalan disetiap rumah makan Padang ini? Gabungan daging dengan berbagai macam rempah-rempah ini sangat digemari oleh berbagai kalangan. Tak heran masakan ini menjadi peringkat pertama dalam daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International pada tahun 2011. Dibalik kelezatannya, ternyata Rendang memiliki banyak filosofi. Mulai dari bahan-bahannya hingga ke proses pengerjaannya yang biasa disebut masyarakat dengan Marandang. Konon katanya, pada zaman dahulu Rendang merupakan makanan yang sakral disajikan untuk upacara adat tidak seperti saat ini siapapun bebas untuk menyantap. Lalu apa saja filosofi dari Rendang ini? 
     Masakan Rendang memiliki empat bahan utama, yaitu daging sapi, santan, cabai, dan bumbu. Masing-masing bahan tersebut melambangkan tentang strata sosial masyarakat Minangkabau. Daging sapi melambangkan Niniak Mamak, Datuak, Atau Penghulu yang memimpin kaumnya sebagai ketua adat agar hidup harmonis dan sesuai dengan norma yang sudah disepakati. Hal ini berkaitan dengan daging sapi sebagai bahan utama dan penting dalam masakan Rendang. Santan melambangkan  Cadiak Pandai atau kaum intelektual yang bertugas membantu pemimpin adat dalam memecahkan masalah dimasyarakat. Cabai atau dalam Bahasa Minang disebut sebagai Lado melambangkan Alim Ulama yang sangat berperan penting dalam kehidupan agama Minang untuk membina dan membimbing masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Bumbu yang biasanya disebut Pemasak oleh masyarakat Minang dilambangkan sebagai masyarakat Minangkabau yang terdiri dari berbagai suku seperti suku Tanjuang, Koto, Sikumbang, Piliang dan sebagainya. Masyarakat Minang memiliki peran untuk  menjalankan dan mempraktikkan aturan adat yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh pemimpin-pemimpin adat.
     Dari segi proses pembuatan, Rendang juga memiliki suatu makna tersirat. Proses memasak rendang yang biasa disebut dengan Marandang membutuhkan waktu yang sangat lama. Sekitar empat jam atau bahkan lebih, daging, bumbu, dan santan dimasak. Semakin lama dimasak maka Rendang akan semakin bertahan lama. Dari pembuatan yang membutuhkan waktu cukup lama dan ketelatenan dalam memasaknya, rendang mengajarkan kesabaran bagi pembuatnya.
     Filosofi dan makna dari bahan hingga proses pembuatan rendang ini mengajarkan bahwa setiap unsur masyarakat memiliki peran yang penting di ranah Minang, sehingga dapat disimpulkan bahwa Rendang bukan hanya sekedar makanan tapi lebih dari itu merupakan salah satu cara untuk mengingatkan kaumnya bahwa Minangkabau sangat menjunjung budaya, kesabaran, dan tata krama.

#AkademikTagok
#ForkommiJaya

Sumber :
http://www.saribundo.biz/filosofi-rendang.html
http://ulinulin.com/posts/filosofi-rendang-cerminan-kesatuan-dalam-masyarakat-minangkabau
http://www.kompasiana.com/kadirsaja/filosofi-di-balik-rendang-salah-satu-makanan-terenak-di-dunia_55019f278133118861fa744e

Komentar

Postingan Populer