Limbago Adaik "Malam Bainai"


Malam Bainai

oleh

Haekal Hamdany
Dept.Akademik


     Berbicara tentang adat di bumi Indonesia tak kan terlepas dari kental nya adat Jawa, Sunda dan Minangkabau.  Dimana setiap adat jadi arahan bertindak masyarakat nya. Minangkabau sebagai suatu negeri yang dikenal elok di pandang, santun tutur katanya,selain terkenal karna masakan rendang nya bumi pusaka pagaruyuang terdengar mahsyur karna adat yang di pegang teguh masyarakat nya.

      Beranjak dari itu semua,ada suatu adat yang harus dilaksanakan seorang mempelai wanita ketika hendak mau menikah, yaitu malam bainai. Sebelum masuk lebih jauh kita tinjau, apa yang dimaksud dengan malam bainai. Seperti hal namanya, bainai tentu saja itu sebuah proses pemasangan inai atau pewarnaan dengan inai. Sebelum pemasangan inai pada mempelai wanita diadakan proses adat yang lain terlebih dahulu seperti mandi kembang tujuh rupa, bedanya dengan adat jawa, di ranah minang hanya dilakukan secara simbolik, air tak diguyurkan ke badan  tapi hanya di percikkan oleh tetua adat.

      Kembali lagi pada adat malam bainai. Banyak filosofi yang terkandung yang sarat akan makna, sebelum hari H kedua mempelai (anak daro) dipingit terlebih dahulu, atau dilarang bertemu satu sama lain.  Pada malam itu lah para kerabat dan handai tolan berdatangan kerumah mempelai wanita khusus nya.  Pada sebuah sumber dikatakan jika pada proses malam bainai dilaksanakan handai tolan yang datang kerumah mempelai wanita sedikit,itu melambangkan kaum nya sedang tidak rukun atau pun sebaliknya. Filosofi selanjutnya ialah menandakan bahwasanya si perempuan telah menikah mempunyai imam dunia akhirat,dan tak boleh lagi diusik lawan jenisnya. Sebelum dominasi islam kental di bumi pagaruyuang inai pada tangan anak daro(mempelai wanita)  berfungsi penangkal hal hal buruk yang akan terjadi pada perjalanan keluarga nya kelak.

   Inai yang dibalut kan menggunakan daun sirih itu mempunyai arti dimana dia diletakkan, maksudnya ketika jari kelingking yang dipilih terlebih dahulu, memiliki maksud supaya setiap permasalahan yang sulit dijangkau suami dapat diselesaikan sang istri, pada jari tengah kental akan maksud diharapkan sang istri dapat membagi kasih sayang antara suami dan anak anak kelak, berbeda dengan jari manis disini sang perempuan diharapkan dapat menjaga elok lahir batin, menjaga kehormatan keluarga. Manis dalam berucap elok dalam laku sehari hari.

      Sayangnya pada era modern ini, adat tersebut ikut tergilas oleh kemajuan zaman, dia begitu jauh tertinggal, sehingga banyak masyarakat tanah minangkabau menggangap kehadiran adat ini tak begitu penting, terbukti ketika resepsi perhelatan sang anak daro hanya memakai sarung tangan tanpa ada inai yang menghiasi. Tak selayaknya kita sebagai pemegang stir berikut nya di kehidupan bumi pagaruyuang melupakan adat adat tersebut. Sejak zaman dahulu tanah kita tanah minangkabau terkenal akan kekentalan adat istiadat nya, teguh dalam beragama.

Saketek dari Ambo:

Alah ba-uriah bak sipasan
Kok bakiak alah bajajak
Walau batuka putaran musim
Sandi adaik ijan diinjak

Sicerek di tapi Banda
Kok rabah tolong tagakkan
Ambo ketek jolong baraja
Kok salah tolong tunjukkan

Komentar

Postingan Populer